Sabtu, 03 Desember 2016

Pakaian Adat Suku Dayak



Sangat Eksotis
      
 
pakaian adat kalimantan barat

       Etnis paling dominan di Kalimantan Barat, yaitu Dayak dengan 34,93% dan Melayu dengan 33,84%. Etnis Dayak merupakan etnis di daerah pedalaman, sedangkan etnis Melayu mayoritas di kawasan pesisir. Selain kedua etnis tersebut, terdapat pula etnis lain yaitu Jawa, Tionghoa, Madura, Bugis, Sunda, batak, Banjar dan lainnya.
       Dengan keberagaman entnis di provinsi ini, Kalimantan Barat sangat kaya dengan kebudayaan. Mulai dari keberagaman Rumah adat, makanan dan minuman khas, tarian tradisional, senjata daerah, dan pakaian adat.
       Berikut ini adalah beberapa contoh gambar pakaian adat suku dayak laki-laki dan perempuan : 
      A.  Pakaian Adat dayak untuk laki-laki :
pakaian adat kalimantan barat 

        Baju  adat Kalimantan Barat untuk pria bernama King Baba. Adapun artinya dalam bahasa dayak,  King berarti pakaian dan Baba berarti laki-laki. Baju ini terbuat dari bahan kulit kayu tanaman ampuro atau kayu kapuo. Jenis kayu tersebut adalah tumbuhan endemik Kalimantan yang mempunyai kandungan serat tinggi.
         Dalam pembuatan King Baba, kulit kayu ampuro dipukul-pukul menggunakan palu bulat di dalam air, hingga hanya tertinggal seratnya. Sesudah lentur, kulit tersebut kemudian dijemur dan dihias dengan lukisan-lukisan etnik khas Dayak menggunakan bahan pewarna alami. Olahan kulit kayu tadi dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai rompi tanpa lengan dan sebuah celana panjang.

B. Pakaian Adat dayak untuk Perempuan
pakaian adat kalimantan baratPakaian adat Kalimantan Barat untuk para perempuan in bernama King Bibinge. Dibuat dari bahan dan cara yang sama dengan pakaian pria. Akan tetapi, desainnya lebih sopan dengan perlengkapan yang menutup dada, stagen, kain bawahan, dan berbagai pernik lain seperti hiasan bulu burung enggang, manik-manik,  kalung, dan gelang.
 Sumber : http://borneochannel.com/pakaian-adat-kalimantan-barat/
 









Senjata Tradisional Suku Dayak

Mandau
       Mandau merupakan senjata pusaka tradisional suku Dayak, berupa pusaka turun temurun yang dianggap keramat. Mandau dapat dijumpai pada setiap kebudayaan suku dayak yang ada di pulau kalimantan. Oleh sebab itu setiap mandau memiliki model atau kajuh  yang beragam jenisnya sesuai dengan kreatifitas, jiwa seni dan kemampuan para pengrajinnya, mandau bukan hanya senjata biasa tetapi merupakan sebuah karya seni dan pusaka turun-temurun yang sewajarnya patut bagi kita untuk mempelajarinya dengan seksama sebagai sebuah warisan kebudayaan yang dibuat dengan teknik serta rasa seni yang tinggi. Nama panjang Mandau adalah “Mandau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau”.
       Sebuah mandau terdiri dari beberapa bagian penting yang kemudian  tergabung menjadi satu kesatuan sehingga adanya perpaduan antara karya seni dan senjata mematikan.

Bagian-bagian itu bisa kita uraikan seperti berikut :
A. ISIN MANDAU ATAU MATA MANDAU
Gambar        Yaitu bilahan besi yang ditempa dengan sebaik-baiknya. Dibuat dari logam terbaik kemudian bagian sisi atas dibuat ukiran indah yang ditatah dengan lekuk-lekuk yang rumit yang biasanya berhubungan kepercayaan untuk mengantar jiwa ke alam roh (alam kalalawah), sedangkan bagian sisi bawahnya dibuat sangat tajam, bagian ujung dibentuk menyerupai paruh burung dan bagian ujung pangkal dibentuk semakin mengecil sebagai tempat terpasangnya hulu berukir (pulang).    
        Sedangkan pada sisi samping kanannya dibuat lobang-lubang lalu diisi dengan logam seperti , emas, perak ataupun tembaga dan ada juga yang diukir dan ditatah dengan emas, perak ataupun tembaga dengan motif khusus yang dipercaya dapat memberi keberuntungan ataupun kejayaan bagi pemakainya. Konon ceritanya jumlah lubang yang tembus ke sisinya pada isin mandau menunjukan jumlah korban (ongoh) dari mandau itu sendiri. 


 B. PULANG ATAU HULU MANDAU
Gambar         Terbuat dari tanduk rusa ataupun kayu pilihan yang diukir dengan halus dan indah dihiasi dengan rambut manusia dan anyaman rotan atau anyaman jangang, ukiran pada hulu atau pulang Mandau ini biasanya dihubungkan dengan kepercayaan pada kekuatan alam dan roh leluhur suku Dayak. Sama seperti mata (isin) Mandau maka  hulu (Pulang) mandau pada dasarnya memiliki beragam model (kajuh) yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya, sehingga tidak heran bentuk dan jenis ukirannya beraneka ragam. 
        Hal ini pada hakekatnya bukanlah suatu perbedaan yang menyatakan baik atau buruknya mutu sebuah Mandau, tetapi lebih mengarah pada selera pembuat dan pemesan yang memberi arti betapa  kreatifnya para seniman Dayak masa lampau.


C. KUMPANG ATAU SARUNG
Gambar
        Dibuat dari dua bilah kayu yang ditangkupkan dan bagian tengahnya dibuat cekungan sebagai tempat masuknya Mandau, sarung Mandau ini biasanya  biasanya terbuat dari bagian inti kayu yang telah mengeras (teras kayu) yang berserat lurus dan liat sehingga mudah saat dibelah namun tetap kuat dan awet misalnya teras pohon nangka, teras kayu garunggang dan lainnya, asalkan persyaratannya terpenuhi.  
        Kumpang Mandau ini diikat lagi dengan rotan sigi yang telah diraut tipis secara halus dan dianyam untuk mengikat kedua bagiannya menjadi satu. Anyaman rotan yang digunakan untuk mengikat sarung/kumpang Mandau disebut dengan tampuser undang. Bila Mandau diikat dengan 3 tampuser undang artinya Mandau ini milik orang biasa tetapi bila diikat dengan 4 tampuser undang maka Mandau ini milik seorang Pangkalima/Panglima perang.


D. LANGGEI PUAI                                
        

Gambar          Langge puai bisa disebut sebagai anak Mandau, bisa juga disebut sebagai pisau dalam pisau. Walaupun bentuknya pisau kecil, mata pisaunya  terbuat dari logam pilihan yaitu logam mantikei atau setidak-tidaknya dibuat dari logam yang hampir menyamai kualitas dari logam untuk membuat Mandau itu sendiri. 
        Untuk tangkainya biasa terbuat dari kayu bengaris karena sifatnya yang keras tetapi memiliki struktur permukaan yang halus, bisa juga menggunakan kayu tabalien (ulin) kadang tangkai ada yang diukir ataupun tidak.






 Sumber : https://wardanakusuma.wordpress.com/2013/12/24/mandau-suku-dayak/