Sabtu, 03 Desember 2016

Pakaian Adat Suku Dayak



Sangat Eksotis
      
 
pakaian adat kalimantan barat

       Etnis paling dominan di Kalimantan Barat, yaitu Dayak dengan 34,93% dan Melayu dengan 33,84%. Etnis Dayak merupakan etnis di daerah pedalaman, sedangkan etnis Melayu mayoritas di kawasan pesisir. Selain kedua etnis tersebut, terdapat pula etnis lain yaitu Jawa, Tionghoa, Madura, Bugis, Sunda, batak, Banjar dan lainnya.
       Dengan keberagaman entnis di provinsi ini, Kalimantan Barat sangat kaya dengan kebudayaan. Mulai dari keberagaman Rumah adat, makanan dan minuman khas, tarian tradisional, senjata daerah, dan pakaian adat.
       Berikut ini adalah beberapa contoh gambar pakaian adat suku dayak laki-laki dan perempuan : 
      A.  Pakaian Adat dayak untuk laki-laki :
pakaian adat kalimantan barat 

        Baju  adat Kalimantan Barat untuk pria bernama King Baba. Adapun artinya dalam bahasa dayak,  King berarti pakaian dan Baba berarti laki-laki. Baju ini terbuat dari bahan kulit kayu tanaman ampuro atau kayu kapuo. Jenis kayu tersebut adalah tumbuhan endemik Kalimantan yang mempunyai kandungan serat tinggi.
         Dalam pembuatan King Baba, kulit kayu ampuro dipukul-pukul menggunakan palu bulat di dalam air, hingga hanya tertinggal seratnya. Sesudah lentur, kulit tersebut kemudian dijemur dan dihias dengan lukisan-lukisan etnik khas Dayak menggunakan bahan pewarna alami. Olahan kulit kayu tadi dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai rompi tanpa lengan dan sebuah celana panjang.

B. Pakaian Adat dayak untuk Perempuan
pakaian adat kalimantan baratPakaian adat Kalimantan Barat untuk para perempuan in bernama King Bibinge. Dibuat dari bahan dan cara yang sama dengan pakaian pria. Akan tetapi, desainnya lebih sopan dengan perlengkapan yang menutup dada, stagen, kain bawahan, dan berbagai pernik lain seperti hiasan bulu burung enggang, manik-manik,  kalung, dan gelang.
 Sumber : http://borneochannel.com/pakaian-adat-kalimantan-barat/
 









Senjata Tradisional Suku Dayak

Mandau
       Mandau merupakan senjata pusaka tradisional suku Dayak, berupa pusaka turun temurun yang dianggap keramat. Mandau dapat dijumpai pada setiap kebudayaan suku dayak yang ada di pulau kalimantan. Oleh sebab itu setiap mandau memiliki model atau kajuh  yang beragam jenisnya sesuai dengan kreatifitas, jiwa seni dan kemampuan para pengrajinnya, mandau bukan hanya senjata biasa tetapi merupakan sebuah karya seni dan pusaka turun-temurun yang sewajarnya patut bagi kita untuk mempelajarinya dengan seksama sebagai sebuah warisan kebudayaan yang dibuat dengan teknik serta rasa seni yang tinggi. Nama panjang Mandau adalah “Mandau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau”.
       Sebuah mandau terdiri dari beberapa bagian penting yang kemudian  tergabung menjadi satu kesatuan sehingga adanya perpaduan antara karya seni dan senjata mematikan.

Bagian-bagian itu bisa kita uraikan seperti berikut :
A. ISIN MANDAU ATAU MATA MANDAU
Gambar        Yaitu bilahan besi yang ditempa dengan sebaik-baiknya. Dibuat dari logam terbaik kemudian bagian sisi atas dibuat ukiran indah yang ditatah dengan lekuk-lekuk yang rumit yang biasanya berhubungan kepercayaan untuk mengantar jiwa ke alam roh (alam kalalawah), sedangkan bagian sisi bawahnya dibuat sangat tajam, bagian ujung dibentuk menyerupai paruh burung dan bagian ujung pangkal dibentuk semakin mengecil sebagai tempat terpasangnya hulu berukir (pulang).    
        Sedangkan pada sisi samping kanannya dibuat lobang-lubang lalu diisi dengan logam seperti , emas, perak ataupun tembaga dan ada juga yang diukir dan ditatah dengan emas, perak ataupun tembaga dengan motif khusus yang dipercaya dapat memberi keberuntungan ataupun kejayaan bagi pemakainya. Konon ceritanya jumlah lubang yang tembus ke sisinya pada isin mandau menunjukan jumlah korban (ongoh) dari mandau itu sendiri. 


 B. PULANG ATAU HULU MANDAU
Gambar         Terbuat dari tanduk rusa ataupun kayu pilihan yang diukir dengan halus dan indah dihiasi dengan rambut manusia dan anyaman rotan atau anyaman jangang, ukiran pada hulu atau pulang Mandau ini biasanya dihubungkan dengan kepercayaan pada kekuatan alam dan roh leluhur suku Dayak. Sama seperti mata (isin) Mandau maka  hulu (Pulang) mandau pada dasarnya memiliki beragam model (kajuh) yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya, sehingga tidak heran bentuk dan jenis ukirannya beraneka ragam. 
        Hal ini pada hakekatnya bukanlah suatu perbedaan yang menyatakan baik atau buruknya mutu sebuah Mandau, tetapi lebih mengarah pada selera pembuat dan pemesan yang memberi arti betapa  kreatifnya para seniman Dayak masa lampau.


C. KUMPANG ATAU SARUNG
Gambar
        Dibuat dari dua bilah kayu yang ditangkupkan dan bagian tengahnya dibuat cekungan sebagai tempat masuknya Mandau, sarung Mandau ini biasanya  biasanya terbuat dari bagian inti kayu yang telah mengeras (teras kayu) yang berserat lurus dan liat sehingga mudah saat dibelah namun tetap kuat dan awet misalnya teras pohon nangka, teras kayu garunggang dan lainnya, asalkan persyaratannya terpenuhi.  
        Kumpang Mandau ini diikat lagi dengan rotan sigi yang telah diraut tipis secara halus dan dianyam untuk mengikat kedua bagiannya menjadi satu. Anyaman rotan yang digunakan untuk mengikat sarung/kumpang Mandau disebut dengan tampuser undang. Bila Mandau diikat dengan 3 tampuser undang artinya Mandau ini milik orang biasa tetapi bila diikat dengan 4 tampuser undang maka Mandau ini milik seorang Pangkalima/Panglima perang.


D. LANGGEI PUAI                                
        

Gambar          Langge puai bisa disebut sebagai anak Mandau, bisa juga disebut sebagai pisau dalam pisau. Walaupun bentuknya pisau kecil, mata pisaunya  terbuat dari logam pilihan yaitu logam mantikei atau setidak-tidaknya dibuat dari logam yang hampir menyamai kualitas dari logam untuk membuat Mandau itu sendiri. 
        Untuk tangkainya biasa terbuat dari kayu bengaris karena sifatnya yang keras tetapi memiliki struktur permukaan yang halus, bisa juga menggunakan kayu tabalien (ulin) kadang tangkai ada yang diukir ataupun tidak.






 Sumber : https://wardanakusuma.wordpress.com/2013/12/24/mandau-suku-dayak/

Sabtu, 26 November 2016

Kecantikan Wanita Suku Dayak

Pesonaku
 
          Setelah bergaul dengan mereka, bayangan kejam dan biadab itu tak terlihat sama sekali. Yang ada justru masyarakat yang ramah dan cenderung pemalu. Mereka juga bisa menerima pendatang dengan baik-baik dan tidak suka mendahului berbuat ulah dengan dalih yang punya kawasan.
 
       Contoh lainnya, mereka lebih memilih mengalah ketika orang luar berbondong-bondong membalak hutan atau menggali kandungan tambang di tanah mereka. Mereka juga tak meributkan ketika sebagian warganya berpindah ke keyakinan yang dibawa pendatang.

        Artinya, semua pandangan negatif itu hanya satu bagian dari budaya “sawang sinawang” sebagian dari kita. Apalagi pasca kerusuhan etnis Sampit dulu, dengan mudah orang menggeneralisir pandangan tentang suku Dayak yang sadis.
image
Di mana-mana dan siapapun juga jika diusik pasti melawan. Itu bukan semata-mata penyerangan melainkan pembelaan diri yang wajar dilakukan setiap orang. Bahkan KUHP pasal 49 menyebutkan bahwa noodweer alias pembelaan darurat itu tidak bisa dipidanakan meski melakukan hal yang termasuk tindak pidana. Tentu saja dengan memenuhi syarat dan ketentuan berlaku.

        Kenyataan di lapangan, di Jawa yang katanya lebih beradab, penyerangan fisik justru lebih sering terjadi hanya karena hal sepele. Bahkan, orang yang mengaku beragama pun tak merasa berdosa menyerang orang lain hanya karena berbeda baju. Lihat saja penyerangan terhadap jamaah Ahmadiyah yang marak terjadi.
       Ini kontras dengan mitos suku Dayak tentang panglima Burung. Meskipun kejam dan beringas dalam keadaan marah, Panglima Burung sebagaimana halnya orang Dayak tetap berpegang teguh pada norma dan aturan yang mereka yakini. Antara lain tidak mengotori kesucian tempat ibadah -agama manapun- dengan merusak atau membunuh di dalamnya. Kekerasan dalam masyarakat Dayak ditempatkan sebagai opsi terakhir, saat kesabaran sudah habis dan jalan damai tak bisa lagi ditempuh.


image

       Kebetulan di kantor ada satpam yang katanya jawara dan pernah mengalahkan 6 orang bersenjata parang yang mencegat di jalan dengan tangan kosong. Namun aku tak melihat sedikitpun sisi keganasannya dalam kesehariannya.
Waktu sempatkan ngobrol tentang budaya kekerasan suku Dayak, beliau mengatakan itu sebagai kebohongan besar dan ganti menunjuk salah satu suku di Jawa sebagai suku yang ganas. Falsafah tentang pertahanan diri suku Dayak dilakukan tanpa ada keinginan untuk show of force sama sekali.
       Mereka tak mau membawa senjata di tempat yang salah. Mandau hanya dibawa saat ke hutan dan tidak akan dicabut dari sarungnya bila tidak dibutuhkan. Ini sama dengan kebiasaan orang Jawa yang selalu menyembunyikan keris di belakang tubuhnya dan memindahkannya ke depan hanya pada saat darurat.
Aku juga sempat bertanya tentang mitos gadis Dayak yang bisa bikin linglung laki-laki yang menggodanya. Beliau cuma tertawa dan mengatakan itu bukan soal gadisnya, melainkan laki-lakinya. Dikatakan bakalan tidak bisa pulang ke daerah asal memang ada benarnya. Bagaimana mungkin laki-laki bisa betah di kampung halamannya bila hatinya sudah tertambat di Kalimantan.
image
        
         Pengertian jalanan mendadak gelap kalau akan pulang juga bisa diartikan sama. Yang gelap hatinya yang enggan pulang, bukan matanya. Lalu tentang kemaluan yang hilang itu bisa saja terjadi di suku lain dengan istilah santet.
       
         Secara logika, orang tua siapa yang tidak sakit hati bila anak gadisnya dijahatin orang. Masalah dia menggunakan jalan kasar atau halus untuk balas dendam, itu kembali ke diri masing-masing. Dan itu terjadi di semua suku, bukan hanya milik suku Dayak saja.
        Tentang gadis Dayak cantik atau tidak, itu relatif tergantung masing-masing orang yang melihatnya. Masalah bila ngobrol suaranya keras, itu karena faktor budaya, bukan orangnya. Sama kasusnya dengan orang Banyumas yang berteriak ngapak saat berbisik romantis.
Identik juga dengan kasus sebaliknya pada orang Jogja atau Solo yang bersuara lembut saat misuh-misuh. Jadi tidak ada masalah dengan gadis Dayak atau bukan. Selama kita tidak berbuat ulah, tak ada mitos kekejaman yang perlu ditakutkan.

5 Hal yang Menarik tentang Gadis Dayak di Kalimantan:





1. Gadis Dayak Putih dan Cantik
image




image

       Bagaimana tampak gadis di atas, cantik bukan? Namanya Emilia, seorang Dayak Ma’anyan, Kalimantan Tengah. Kebanyakan dari orang Dayak memiliki kulit putih dan cantik. Kalaupun tidak putih hanya sebagian dari kebanyakan gadis Dayak (biasanya kuning langsat).

      Selain itu juga khusus buat Dayak Kalimantan Timur, rata-rata gadis Dayaknya mirip dengan etnis tionghoa, putih dan cantik. Jika tidak percaya silahkan datang langsung ke Kalimantan untuk memastikannya. Karena mereka memiliki kecantikan yang alami, bukan hasil riasan make-up.

2. Sopan dan Lembut

image


       Gadis Dayak mudah tersinggung? Tidak sepenuhnya benar karena tersinggung itu relatif. Namun faktanya adalah gadis Dayak dididik dengan budi pekerti dan kesopanan terhadap keluarga dan orang lain.

        Walau banyak yang mengatakan (mitos) bahwa gadis Dayak itu angker tapi jika Anda tidak membuktikannya secara langsung maka tidak akan pernah mengetahui gadis Dayak itu angker atau tidak. Yang pasti gadis Dayak itu mempunyai tutur kata yang sopan, lembut dan toleransi.

3. The Eagle Eye

image

    Gadis Dayak si Mata Elang. Pada umumnya gadis Dayak memiliki mata elang. Maksudnya adalah memiliki mata yang lebar dan tajam serta bening. Namun tidak semuanya memiliki mata elang, khususnya di Kalimantan Timur, gadis Dayak kebanyakan memiliki mata yang sipit.
   
     Bayangkan ketika tatapan mata yang khas berpadukan dengan wajah yang lembut nan cantik serta memiliki kulit yang putih, maka akan menjadikan gadis Dayak tampil dengan kecantikan alami.

4. Banyak yang Jatuh Cinta

image

   Bukan rahasia jika wanita Dayak sangat disukai banyak kaum lelaki. Kecantikan alami gadis Dayaklah yang menyebabkan mereka sangat populer di Kalimantan karena tanpa make-up pun banyak gadis Dayak sudah terlahir cantik.

     Jadi jika Anda pendatang di Pulau Borneo (Kalimantan), maka bersiaplah untuk jatuh cinta dengan gadis dari suku Dayak. 

5. Pendamping Gadis Dayak 

image

     Untuk fakta yang kelima cukup menarik bagi banyak para lelaki. Siapa (etnis) yang sering menjadi pendamping wanita dayak ? Siapa yang tidak ingin memiliki pendamping seorang gadis dayak yang cantik tersebut.

      Dari sekian banyak etnis di Indonesia, ada beberapa yang kerap menjadi jodoh wanita Dayak. Di antaranya 4 teratas adalah Dayak, Manado, Jawa dan Tionghoa. Namun biasanya juga dengan suku Batak, Toraja, Banjar dan Kutai, walau jarang terjadi. Dan sebagian kecil dengan etnis lain.

Sumber : http://www.akarnews.com/4402-pesona-kecantikan-gadis-dayak-dan-mitos-tentang-mereka



Artikel Suku Dayak

 Asal Mula Adanya Suku Dayak

Suku dayak adalah salah satu suku asli Kalimantan yang sangat terkenal karena keunikan etnik budayanya, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga hingga ke mancanegara. Suku dayak dikenal sebagai suku yang memiliki warisan magis yang kuat. Ilmu-ilmu spiritual menjadi simbol kekhasan dari adat suku yang mendiami pedalaman tanah Borneo ini. Namun terlepas dari kenyataan tersebut, ternyata masih banyak orang yang belum tahu tentang seperti apa dan bagaimana asal usul suku dayak tersebut di masa lalu. Asal Usul Suku Dayak Asal usul suku dayak diperkirakan merupakan keturunan dari ras Mongolid, Asia. Seperti diketahui bahwa 2000 tahun sebelum masehi, benua Asia masih menyatu dengan Pulau Kalimantan. Ras mongolid yang terdesak karena kalah perang, mengembara ke arah Selatan, mulai dari Semenanjung Malaya, Serawak, hingga Kalimantan. Ras Mongolid ini kemudian menetap, mendirikan perkampungan di tepian-tepian sungai, beranak pinak, dan membangun kebudayaannya sendiri di tanah Borneo.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-suku-dayak.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
        Suku Dayak adalah suku yang sangat fenomenal yang ada di negara Indonesia, karena terkenal akan kekuatan magisnya. Kata Dayak berasal dari kata "Daya" yang artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan Kalimantan umumnya dan Kalimantan Barat.
 
        Pada tahun (1977-1978) saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang merupakan bagian nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoloid dari asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan “Muller-Schwaner”. Suku Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah orang-orang Melayu dari Sumatra dan Semenanjung Malaka datang, mereka makin lama makin mundur ke dalam.

         Belum lagi kedatangan orang-orang Bugis, Makasar, dan Jawa pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Suku Dayak hidup terpencar-pencar di seluruh wilayah Kalimantan dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan. Suku ini terdiri atas beberapa suku yang masing-masing memiliki sifat dan perilaku berbeda.

         Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut ”Nansarunai Usak Jawa”, yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389 (Fridolin Ukur,1971). Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman. Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasala dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1608).

         Sebagian besar suku Dayak memeluk Islam dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai orang Melayu atau orang Banjar. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman di Kalimantan Tengah, bermukim di daerah-daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Lawas dan Watang Balangan. Sebagain lagi terus terdesak masuk rimba. Orang Dayak pemeluk Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Kotawaringin, salah seorang Sultan Kesultanan Banjar yang terkenal adalah Lambung Mangkurat sebenarnya adalah seorang Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum)

         Tidak hanya dari nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa diperkirakan mulai datang ke Kalimantan pada masa Dinasti Ming tahun 1368-1643. Dari manuskrip berhuruf kanji disebutkan bahwa kota yang pertama di kunjungi adalah Banjarmasin. Tetapi masih belum jelas apakah bangsa Tionghoa datang pada era Bajarmasin (dibawah hegemoni Majapahit) atau di era Islam.

       Kedatangan bangsa Tionghoa tidak mengakibatkan perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh langsung karena langsung karena mereka hanya berdagang, terutama dengan kerajaan Banjar di Banjarmasin. Mereka tidak langsung berniaga dengan orang Dayak. Peninggalan bangsa Tionghoa masih disimpan oleh sebagian suku Dayak seperti piring malawen, belanga (guci) dan peralatan keramik.

         Sejak awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di Kalimantan. Pada abad XV Raja Yung Lo mengirim sebuah angkatan perang besar ke selatan (termasuk Nusantara) di bawah pimpinan Chang Ho, dan kembali ke Tiongkok pada tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa, Kalimantan, Malaka, Manila dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima orang-orang Tionghoa (dari Brunei) yang sedang mencari emas. Orang-orang Tionghoa tersebut membawa juga barang dagangan diantaranya candu, sutera, barang pecah belah seperti piring, cangkir, mangkok dan guci (Sarwoto kertodipoero,1963)

         Dibawah ini ada beberapa adat istiadat bagi suku dayak yang masih terpelihara hingga kini, dan dunia supranatural Suku Dayak pada zaman dahulu maupun zaman sekarang yang masih kuat sampai sekarang. Adat istiadat ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, karena pada awal mulanya Suku Dayak berasal dari pedalaman Kalimantan.

* Upacara Tiwah

         Upacara Tiwah merupakan acara adat suku Dayak. Tiwah merupakan upacara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat yang semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia.

         Upacara Tiwah bagi Suku Dayak sangatlah sakral, pada acara Tiwah ini sebelum tulang-tulang orang yang sudah mati tersebut di antar dan diletakkan ke tempatnya (sandung), banyak sekali acara-acara ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain. Sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di letakkan di tempatnya (Sandung).

* Dunia Supranatural

        Dunia Supranatural bagi Suku Dayak memang sudah sejak jaman dulu merupakan ciri khas kebudayaan Dayak. Karena supranatural ini pula orang luar negeri sana menyebut Dayak sebagai pemakan manusia ( kanibal ). Namun pada kenyataannya Suku Dayak adalah suku yang sangat cinta damai asal mereka tidak di ganggu dan ditindas semena-mena. Kekuatan supranatural Dayak Kalimantan banyak jenisnya, contohnya Manajah Antang. Manajah Antang merupakan cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh yang sulit di temukan dari arwah para leluhur dengan media burung Antang, dimanapun musuh yang di cari pasti akan ditemukan.

         Mangkok merah. Mangkok merah merupakan media persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. “Panglima” atau sering suku Dayak sebut Pangkalima biasanya mengeluarkan isyarat siaga atau perang berupa mangkok merah yang di edarkan dari kampung ke kampung secara cepat sekali. Dari penampilan sehari-hari banyak orang tidak tahu siapa panglima Dayak itu. Orangnya biasa-biasa saja, hanya saja ia mempunyai kekuatan supranatural yang luar biasa. Percaya atau tidak panglima itu mempunyai ilmu bisa terbang kebal dari apa saja seperti peluru, senjata tajam dan sebagainya.

        Mangkok merah tidak sembarangan diedarkan. Sebelum diedarkan sang panglima harus membuat acara adat untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai perang. Dalam acara adat itu roh para leluhur akan merasuki dalam tubuh pangkalima lalu jika pangkalima tersebut ber “Tariu” ( memanggil roh leluhur untuk untuk meminta bantuan dan menyatakan perang ) maka orang-orang Dayak yang mendengarnya juga akan mempunyai kekuatan seperti panglimanya. Biasanya orang yang jiwanya labil bisa sakit atau gila bila mendengar tariu.

        Orang-orang yang sudah dirasuki roh para leluhur akan menjadi manusia dan bukan. Sehingga biasanya darah, hati korban yang dibunuh akan dimakan. Jika tidak dalam suasana perang tidak pernah orang Dayak makan manusia. Kepala dipenggal, dikuliti dan di simpan untuk keperluan upacara adat. Meminum darah dan memakan hati itu, maka kekuatan magis akan bertambah. Makin banyak musuh dibunuh maka orang tersebut makin sakti.

         Mangkok merah terbuat dari teras bambu (ada yang mengatakan terbuat dari tanah liat) yang didesain dalam bentuk bundar segera dibuat. Untuk menyertai mangkok ini disediakan juga perlengkapan lainnya seperti ubi jerangau merah (acorus calamus) yang melambangkan keberanian (ada yang mengatakan bisa diganti dengan beras kuning), bulu ayam merah untuk terbang, lampu obor dari bambu untuk suluh (ada yang mengatakan bisa diganti dengan sebatang korek api), daun rumbia (metroxylon sagus) untuk tempat berteduh dan tali simpul dari kulit kepuak sebagai lambang persatuan. Perlengkapan tadi dikemas dalam mangkok dari bambu itu dan dibungkus dengan kain merah.

         Menurut cerita turun-temurun mangkok merah pertama beredar ketika perang melawan Jepang dulu. Lalu terjadi lagi ketika pengusiran orang Tionghoa dari daerah-daerah Dayak pada tahun 1967. pengusiran Dayak terhadap orang Tionghoa bukannya perang antar etnis tetapi lebih banyak muatan politisnya. Sebab saat itu Indonesia sedang konfrontasi dengan Malaysia.

         Menurut kepercayaan Dayak, terutama yang dipedalaman Kalimantan yang disampaikan dari mulut ke mulut, dari nenek kepada bapak, dari bapak kepada anak, hingga saat ini yang tidak tertulis mengakibatkan menjadi lebih atau kurang dari yang sebenar-benarnya, bahwa asal-usul nenek moyang suku Dayak itu diturunkan dari langit yang ke tujuh ke dunia ini dengan “Palangka Bulau” ( Palangka artinya suci, bersih, merupakan ancak, sebagai tandu yang suci, gandar yang suci dari emas diturunkan dari langit, sering juga disebutkan “Ancak atau Kalangkang” ).
     
Suku dayak adalah salah satu suku asli Kalimantan yang sangat terkenal karena keunikan etnik budayanya, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga hingga ke mancanegara. Suku dayak dikenal sebagai suku yang memiliki warisan magis yang kuat. Ilmu-ilmu spiritual menjadi simbol kekhasan dari adat suku yang mendiami pedalaman tanah Borneo ini. Namun terlepas dari kenyataan tersebut, ternyata masih banyak orang yang belum tahu tentang seperti apa dan bagaimana asal usul suku dayak tersebut di masa lalu. Asal Usul Suku Dayak Asal usul suku dayak diperkirakan merupakan keturunan dari ras Mongolid, Asia. Seperti diketahui bahwa 2000 tahun sebelum masehi, benua Asia masih menyatu dengan Pulau Kalimantan. Ras mongolid yang terdesak karena kalah perang, mengembara ke arah Selatan, mulai dari Semenanjung Malaya, Serawak, hingga Kalimantan. Ras Mongolid ini kemudian menetap, mendirikan perkampungan di tepian-tepian sungai, beranak pinak, dan membangun kebudayaannya sendiri di tanah Borneo.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-suku-dayak.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Suku dayak adalah salah satu suku asli Kalimantan yang sangat terkenal karena keunikan etnik budayanya, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga hingga ke mancanegara. Suku dayak dikenal sebagai suku yang memiliki warisan magis yang kuat. Ilmu-ilmu spiritual menjadi simbol kekhasan dari adat suku yang mendiami pedalaman tanah Borneo ini. Namun terlepas dari kenyataan tersebut, ternyata masih banyak orang yang belum tahu tentang seperti apa dan bagaimana asal usul suku dayak tersebut di masa lalu. Asal Usul Suku Dayak Asal usul suku dayak diperkirakan merupakan keturunan dari ras Mongolid, Asia. Seperti diketahui bahwa 2000 tahun sebelum masehi, benua Asia masih menyatu dengan Pulau Kalimantan. Ras mongolid yang terdesak karena kalah perang, mengembara ke arah Selatan, mulai dari Semenanjung Malaya, Serawak, hingga Kalimantan. Ras Mongolid ini kemudian menetap, mendirikan perkampungan di tepian-tepian sungai, beranak pinak, dan membangun kebudayaannya sendiri di tanah Borneo.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-suku-dayak.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Suku dayak adalah salah satu suku asli Kalimantan yang sangat terkenal karena keunikan etnik budayanya, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga hingga ke mancanegara. Suku dayak dikenal sebagai suku yang memiliki warisan magis yang kuat. Ilmu-ilmu spiritual menjadi simbol kekhasan dari adat suku yang mendiami pedalaman tanah Borneo ini. Namun terlepas dari kenyataan tersebut, ternyata masih banyak orang yang belum tahu tentang seperti apa dan bagaimana asal usul suku dayak tersebut di masa lalu. Asal Usul Suku Dayak Asal usul suku dayak diperkirakan merupakan keturunan dari ras Mongolid, Asia. Seperti diketahui bahwa 2000 tahun sebelum masehi, benua Asia masih menyatu dengan Pulau Kalimantan. Ras mongolid yang terdesak karena kalah perang, mengembara ke arah Selatan, mulai dari Semenanjung Malaya, Serawak, hingga Kalimantan. Ras Mongolid ini kemudian menetap, mendirikan perkampungan di tepian-tepian sungai, beranak pinak, dan membangun kebudayaannya sendiri di tanah Borneo.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-suku-dayak.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Sumber : http://dayaksukukalbar.blogspot.co.id/2015/03/sub-suku-dayak-di-kalimantan-barat.html


 
Suku dayak adalah salah satu suku asli Kalimantan yang sangat terkenal karena keunikan etnik budayanya, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga hingga ke mancanegara. Suku dayak dikenal sebagai suku yang memiliki warisan magis yang kuat. Ilmu-ilmu spiritual menjadi simbol kekhasan dari adat suku yang mendiami pedalaman tanah Borneo ini. Namun terlepas dari kenyataan tersebut, ternyata masih banyak orang yang belum tahu tentang seperti apa dan bagaimana asal usul suku dayak tersebut di masa lalu. Asal Usul Suku Dayak Asal usul suku dayak diperkirakan merupakan keturunan dari ras Mongolid, Asia. Seperti diketahui bahwa 2000 tahun sebelum masehi, benua Asia masih menyatu dengan Pulau Kalimantan. Ras mongolid yang terdesak karena kalah perang, mengembara ke arah Selatan, mulai dari Semenanjung Malaya, Serawak, hingga Kalimantan. Ras Mongolid ini kemudian menetap, mendirikan perkampungan di tepian-tepian sungai, beranak pinak, dan membangun kebudayaannya sendiri di tanah Borneo.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-suku-dayak.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.
Suku dayak adalah salah satu suku asli Kalimantan yang sangat terkenal karena keunikan etnik budayanya, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga hingga ke mancanegara. Suku dayak dikenal sebagai suku yang memiliki warisan magis yang kuat. Ilmu-ilmu spiritual menjadi simbol kekhasan dari adat suku yang mendiami pedalaman tanah Borneo ini. Namun terlepas dari kenyataan tersebut, ternyata masih banyak orang yang belum tahu tentang seperti apa dan bagaimana asal usul suku dayak tersebut di masa lalu. Asal Usul Suku Dayak Asal usul suku dayak diperkirakan merupakan keturunan dari ras Mongolid, Asia. Seperti diketahui bahwa 2000 tahun sebelum masehi, benua Asia masih menyatu dengan Pulau Kalimantan. Ras mongolid yang terdesak karena kalah perang, mengembara ke arah Selatan, mulai dari Semenanjung Malaya, Serawak, hingga Kalimantan. Ras Mongolid ini kemudian menetap, mendirikan perkampungan di tepian-tepian sungai, beranak pinak, dan membangun kebudayaannya sendiri di tanah Borneo.

Sumber: http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-suku-dayak.html
Disalin dari Blog Kisah Asal Usul.