Sabtu, 26 November 2016

Kecantikan Wanita Suku Dayak

Pesonaku
 
          Setelah bergaul dengan mereka, bayangan kejam dan biadab itu tak terlihat sama sekali. Yang ada justru masyarakat yang ramah dan cenderung pemalu. Mereka juga bisa menerima pendatang dengan baik-baik dan tidak suka mendahului berbuat ulah dengan dalih yang punya kawasan.
 
       Contoh lainnya, mereka lebih memilih mengalah ketika orang luar berbondong-bondong membalak hutan atau menggali kandungan tambang di tanah mereka. Mereka juga tak meributkan ketika sebagian warganya berpindah ke keyakinan yang dibawa pendatang.

        Artinya, semua pandangan negatif itu hanya satu bagian dari budaya “sawang sinawang” sebagian dari kita. Apalagi pasca kerusuhan etnis Sampit dulu, dengan mudah orang menggeneralisir pandangan tentang suku Dayak yang sadis.
image
Di mana-mana dan siapapun juga jika diusik pasti melawan. Itu bukan semata-mata penyerangan melainkan pembelaan diri yang wajar dilakukan setiap orang. Bahkan KUHP pasal 49 menyebutkan bahwa noodweer alias pembelaan darurat itu tidak bisa dipidanakan meski melakukan hal yang termasuk tindak pidana. Tentu saja dengan memenuhi syarat dan ketentuan berlaku.

        Kenyataan di lapangan, di Jawa yang katanya lebih beradab, penyerangan fisik justru lebih sering terjadi hanya karena hal sepele. Bahkan, orang yang mengaku beragama pun tak merasa berdosa menyerang orang lain hanya karena berbeda baju. Lihat saja penyerangan terhadap jamaah Ahmadiyah yang marak terjadi.
       Ini kontras dengan mitos suku Dayak tentang panglima Burung. Meskipun kejam dan beringas dalam keadaan marah, Panglima Burung sebagaimana halnya orang Dayak tetap berpegang teguh pada norma dan aturan yang mereka yakini. Antara lain tidak mengotori kesucian tempat ibadah -agama manapun- dengan merusak atau membunuh di dalamnya. Kekerasan dalam masyarakat Dayak ditempatkan sebagai opsi terakhir, saat kesabaran sudah habis dan jalan damai tak bisa lagi ditempuh.


image

       Kebetulan di kantor ada satpam yang katanya jawara dan pernah mengalahkan 6 orang bersenjata parang yang mencegat di jalan dengan tangan kosong. Namun aku tak melihat sedikitpun sisi keganasannya dalam kesehariannya.
Waktu sempatkan ngobrol tentang budaya kekerasan suku Dayak, beliau mengatakan itu sebagai kebohongan besar dan ganti menunjuk salah satu suku di Jawa sebagai suku yang ganas. Falsafah tentang pertahanan diri suku Dayak dilakukan tanpa ada keinginan untuk show of force sama sekali.
       Mereka tak mau membawa senjata di tempat yang salah. Mandau hanya dibawa saat ke hutan dan tidak akan dicabut dari sarungnya bila tidak dibutuhkan. Ini sama dengan kebiasaan orang Jawa yang selalu menyembunyikan keris di belakang tubuhnya dan memindahkannya ke depan hanya pada saat darurat.
Aku juga sempat bertanya tentang mitos gadis Dayak yang bisa bikin linglung laki-laki yang menggodanya. Beliau cuma tertawa dan mengatakan itu bukan soal gadisnya, melainkan laki-lakinya. Dikatakan bakalan tidak bisa pulang ke daerah asal memang ada benarnya. Bagaimana mungkin laki-laki bisa betah di kampung halamannya bila hatinya sudah tertambat di Kalimantan.
image
        
         Pengertian jalanan mendadak gelap kalau akan pulang juga bisa diartikan sama. Yang gelap hatinya yang enggan pulang, bukan matanya. Lalu tentang kemaluan yang hilang itu bisa saja terjadi di suku lain dengan istilah santet.
       
         Secara logika, orang tua siapa yang tidak sakit hati bila anak gadisnya dijahatin orang. Masalah dia menggunakan jalan kasar atau halus untuk balas dendam, itu kembali ke diri masing-masing. Dan itu terjadi di semua suku, bukan hanya milik suku Dayak saja.
        Tentang gadis Dayak cantik atau tidak, itu relatif tergantung masing-masing orang yang melihatnya. Masalah bila ngobrol suaranya keras, itu karena faktor budaya, bukan orangnya. Sama kasusnya dengan orang Banyumas yang berteriak ngapak saat berbisik romantis.
Identik juga dengan kasus sebaliknya pada orang Jogja atau Solo yang bersuara lembut saat misuh-misuh. Jadi tidak ada masalah dengan gadis Dayak atau bukan. Selama kita tidak berbuat ulah, tak ada mitos kekejaman yang perlu ditakutkan.

5 Hal yang Menarik tentang Gadis Dayak di Kalimantan:





1. Gadis Dayak Putih dan Cantik
image




image

       Bagaimana tampak gadis di atas, cantik bukan? Namanya Emilia, seorang Dayak Ma’anyan, Kalimantan Tengah. Kebanyakan dari orang Dayak memiliki kulit putih dan cantik. Kalaupun tidak putih hanya sebagian dari kebanyakan gadis Dayak (biasanya kuning langsat).

      Selain itu juga khusus buat Dayak Kalimantan Timur, rata-rata gadis Dayaknya mirip dengan etnis tionghoa, putih dan cantik. Jika tidak percaya silahkan datang langsung ke Kalimantan untuk memastikannya. Karena mereka memiliki kecantikan yang alami, bukan hasil riasan make-up.

2. Sopan dan Lembut

image


       Gadis Dayak mudah tersinggung? Tidak sepenuhnya benar karena tersinggung itu relatif. Namun faktanya adalah gadis Dayak dididik dengan budi pekerti dan kesopanan terhadap keluarga dan orang lain.

        Walau banyak yang mengatakan (mitos) bahwa gadis Dayak itu angker tapi jika Anda tidak membuktikannya secara langsung maka tidak akan pernah mengetahui gadis Dayak itu angker atau tidak. Yang pasti gadis Dayak itu mempunyai tutur kata yang sopan, lembut dan toleransi.

3. The Eagle Eye

image

    Gadis Dayak si Mata Elang. Pada umumnya gadis Dayak memiliki mata elang. Maksudnya adalah memiliki mata yang lebar dan tajam serta bening. Namun tidak semuanya memiliki mata elang, khususnya di Kalimantan Timur, gadis Dayak kebanyakan memiliki mata yang sipit.
   
     Bayangkan ketika tatapan mata yang khas berpadukan dengan wajah yang lembut nan cantik serta memiliki kulit yang putih, maka akan menjadikan gadis Dayak tampil dengan kecantikan alami.

4. Banyak yang Jatuh Cinta

image

   Bukan rahasia jika wanita Dayak sangat disukai banyak kaum lelaki. Kecantikan alami gadis Dayaklah yang menyebabkan mereka sangat populer di Kalimantan karena tanpa make-up pun banyak gadis Dayak sudah terlahir cantik.

     Jadi jika Anda pendatang di Pulau Borneo (Kalimantan), maka bersiaplah untuk jatuh cinta dengan gadis dari suku Dayak. 

5. Pendamping Gadis Dayak 

image

     Untuk fakta yang kelima cukup menarik bagi banyak para lelaki. Siapa (etnis) yang sering menjadi pendamping wanita dayak ? Siapa yang tidak ingin memiliki pendamping seorang gadis dayak yang cantik tersebut.

      Dari sekian banyak etnis di Indonesia, ada beberapa yang kerap menjadi jodoh wanita Dayak. Di antaranya 4 teratas adalah Dayak, Manado, Jawa dan Tionghoa. Namun biasanya juga dengan suku Batak, Toraja, Banjar dan Kutai, walau jarang terjadi. Dan sebagian kecil dengan etnis lain.

Sumber : http://www.akarnews.com/4402-pesona-kecantikan-gadis-dayak-dan-mitos-tentang-mereka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar